Ulang Tahun Ke-1000 Kairo Cikal Bakal Pameran Buku Terbesar Kedua di Dunia

"Ulang Tahun Ke-1000 Berdirinya Kota Kairo,
Cikal Bakal Pameran Buku Terbesar Kedua di Dunia"

Ali Al Mu’tashim Billah Al Ayyubi LC 
(Direktur Utama Helwa Center Mesir)

Siapa sangka warisan keilmuan dan kebudayaan dinasti fatimiyyah masih di peringati hingga sekarang, bahkan menjadi ajang pameran terbesar ke dua di dunia. Ya! Apalagi kalau bukan Cairo International Book Fair, atau lebih kita kenal dengan معرض القاهرة الدولي للكتاب.

 

Semenjak pertama kali kedatangan Fatimiyyah ke Mesir, pembangunan dan pemindahan pusat administrasi adalah fokus utama sang khalifah Muizz li Dinillah kala itu. Kota ini pun dinamakan dengan “Al Qahira” atau dalam bahasa Indonesia yang berarti “Sang Penakluk” atau “Yang Menaklukkan”. Pemberian nama ini ditujukan agar Kairo menjadi pusat kekuatan politik, ekonomi dan intelektual dunia islam saat itu. Pembangunan Al Azhar adalah batu utama dari pusat pemerintahan, yang tak jauh dari sana terdapat Istana Kerajaan Dinasti Fatimiyyah. Pada tahun 969 M inilah kota seribu menara ini dilahirkan.

 

Sepuluh abad setelah itu sang menteri kebudayaan, Tharwat Okasyah berinisiatif untuk mengadakan pameran buku sebagai peringatan terhadap ulang tahun cairo yang ke-seribu kala itu. Ia memerintahkan Soheir Al Qalamawy untuk mengatur berjalannya acara ini. Tak disangka ternyata ide sang menteri berjalan lancar yang dihadiri oleh 27 negara dan lebih dari 400 penerbit. Juga dihadiri lebih dari 70.000 pengunjung saat itu. 

 

Kairo sejak lama menjadi pusat intelektual dunia Islam. Pada abad ke-10, Khalifah Al-Mu'izz li-Din Allah mendirikan kota ini sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Tradisi keilmuan yang dimulai oleh Al-Azhar, salah satu universitas tertua di dunia, terus berkembang hingga kini. CIBF mencerminkan kesinambungan peran Mesir sebagai penjaga literasi dalam dunia Muslim, yang berakar dari budaya membaca dan menulis dalam sejarah Islam.

 

Hingga saat ini tradisi pameran buku itupun berlangsung dan berjalan rutin setiap tahunnya. Ada satu hal yang menarik yaitu adalah pameran buku ini bukan hanya acara simbolis sebagai peringatan seribu tahunnya kota Kairo, tapi juga menegaskan bahwa Kairo adalah penjaga literasi dunia islam. Dan itu sudah berkali-kali terjadi dalam sejarah ummat islam. 

 

Disaat Dar Al-Hikmah di Baghdad mengalami invasi besar-besaran oleh bangsa mongol, dimana seluruh manuskrip dan karya tulis yang ada di perpustakaan ini dibakar dan dimusnahkan habis-habisan. Mesir menjaga turats dan keilmuan mereka dengan mengirim Saifuddin Al-Qutuz untuk melawan mongol dalam pertempuran Ain Jalut, dan Mesir berhasil menjadi benteng yang menjaga darah kaum muslimin kala itu.

 

Hingga sekarang pameran buku ini bukan hanya ajang jual beli buku, tapi juga menjadi ajang pertemuan bagi para pemikir dan penulis. Yang tak jarang menjadi acara seminar keilmuan, pameran seni, dan diskusi publik. 

 

Pada tahun 2006 setelah 37 tahun berjalannya pameran buku ini, ajang ini mendapatkan rekor sebagai pameran buku terbesar kedua di dunia, setelah pameran buku Frankfurt, Jerman. Dengan lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahunnya, mengalahkan banyak pameran buku internasional lainnya. 

 

CIBF bukan hanya tentang buku Mesir, tetapi juga menghadirkan penerbit dari lebih dari 40 negara setiap tahunya. Hal ini menjadikan Mesir sebagai titik temu intelektual antara dunia Islam dan Barat, sebagaimanatelah terjadi selama Zaman Keemasan Islam. Dimana salah satu misi utama CIBF adalah memperkenalkan Mesir sebagai pusat budaya dunia Arab dan Islam. Buku digunakan sebagai alat diplomasi budaya, mempromosikan bahasa Arab, sastra Islam, dan sejarah Mesir dan Islam kepada dunia.

 

Selama era Islam klasik, diplomasi budaya melalui literasi berkembang pesat. Kitab-kitab dari dunia Islam diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan disebarkan ke Eropa, membantu melahirkan Renaisans. CIBF menjadi simbol modern dari tradisi tersebut, di mana pengetahuan tidak hanya menjadi konsumsi lokal tetapi juga global.

 

Islam selalu menjadikan ilmu sebagai kekuatan peradaban. Di masa Nabi Muhammad SAW, tradisi belajar berkembang pesat meski umat Islam saat itu masih minoritas dan dalam kondisi sulit. Perpustakaan, madrasah, dan universitas didirikan di seluruh dunia Islam untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. CIBF melanjutkan semangat ini dengan menjadi pusat literasi modern yang menyatukan dunia Arab dan Islam.

Sejarah dan Budaya Administrator 01 Feb 2025 11:57am

  • Komentar : 0

Berikan komentar terbaik Anda

Helwa Center

Lembaga konsultan pendidikan yang memfasilitasi calon pelajar Indonesia di Institusi-institusi Al-Azhar di Mesir sejak tahun 2015.

Find Us

18 Ahmed Zumor, Hay Asyir, Nasr City, Cairo

© 2024 | Binwasoft | All Rights Reserved. Privacy Policy | Terms of Service