Negeri Mesir di Hati Nabi
Negeri Mesir di Hati Nabi
Ali Al Mu'tashim Billah Al Ayyubi LC
(Direktur Utama Helwa Center Mesir)
(Direktur Utama Helwa Center Mesir)

Ummu Dunya sebutan yang sudah sangat lekat bagi tanah Mesir ini. Pengamat sejarah banyak yang memberikan penjelasan terkait asal-usul sebutan ini “ibunya dunia”. Nama mesir sendiri di ambil dari salah satu cicit nabiyullah Nuh Alaihissalam, Misr bin Baishor bin Nuh. Kemudian anak cucu dari misr inilah yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia dan membuka peradaban-peradaban baru di setiap benua nantinya. Maka dengan keturunannya yang menyebar di dunia inilah sebutan ibu dunia tersematkan ke bangsa mesir.
Tapi ada hal yang lebih dalam dari itu, yaitu adalah Siti Hajar Ibunda Nabi Ismail yang dimana ia berasal dari mesir. Istri kedua Nabi Ibrahim. Jika kita telaah lagi lebih dalam hal inilah yang membuat mesir memiliki posisi special di dalam hati Nabi Muhammad SAW. Tak lama setelah menikah dengan Siti Hajar, akhirnya Nabi Ibrahim yang sudah mendambakan memiliki keturunan pun Allah karuniakan melalui Siti Hajar. Kemudian Allah memerintahkan pada mereka untuk berhijrah bersama ismail kecil ke tempat terletaknya Baitullah Al Haram.
Perjalanan yang jauh pun ditempuh oleh mereka bertiga atas dasar keyakinan terhadap perintah Allah ini. Hingga sesampainya mereka disana Allah memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkan istrinya dan ismail kecil disebuah tempat tak jauh dari lokasi sumur Zamzam sekarang. Dengan berat hati Ibrahim meninggalkan beberapa bekal dari kurma dan air, lalu melangkahkan kakinya menjauh dari tenda yang telah didirikan tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada istri dan anaknya.
Tak rela ditinggalkan begitu saja tanpa alasan, siti hajar yang berdarah mesir ini bertanya kepada Nabi Ibrahim, mengapa ia meninggalkan begitu saja? Berkali-kali pertanyaan dilontarkan tanpa dijawab. Sampai akhirnya pertanyaan pamungkas pun di lemparkan “Apakah Allah yang menyuruhmu meninggalkan kami?” Ibrahim pun hanya menjawab singkat dan lugas, dengan balasan “iya”. Maka keimanan dan keteguhan hati sang ibunda pun mengantarkan pada jawaban tegas juga “Maka Allah tidak akan meninggalkan kita”.
Singkat cerita, perbekalan dan seluruh yang ditinggalkan Ibrahim untuk anak dan istrinya pun sudah mulai habis, dan mau tidak mau siti hajar harus mencari perbekalan tambahan. Kemudian ia berlari dari safa ke marwah, berusaha mencari sumber air atau setidaknya kafilah dagang yang sedang lewat. Tepat saat putaran ke tujuh inilah Allah mengkaruniakan sebuah mata air yang kita kenal sekarang dengan air Zamzam.
Dengan mata air ini siti hajar dan anaknya melanjutkan hidup mereka, hingga sebuah kabilah yang tidak sengaja lewat melihat ada banyak burung yang berterbangan dari jauh. Maka ada tanda kehidupan dibawahnya. Mereka pun mendatangi sumber air ini dan melihat bahwa ada seorang ibu dan anak yang sedang berada disini. Merekalah bani jurhum, yang kemudian meminta izin untuk singgah dan memberikan unta-unta mereka minum, juga membangun tenda dan perkemahan di sekitar air Zamzam ini.
Nabi Ismail pun tumbuh dan berkembang Bersama kabilah jurhum yang menetap Bersama mereka, Ismail belajar bahasa arab dari mereka dan menikah dengan salah satu perempuan dari mereka. Ismail tidak hanya belajar bahasa arab dari mereka, tapi juga menekuni dan menyempurnakan bahasa arab itu sendiri.
Dari istrinya inilah nabi Ismail memiliki keturunan 12 anak laki-laki, yang paling besar Bernama Nabit bin Ismail, yang kelak akan menjadi pemimpin di tanah Mekkah, melanjutkan kepemimpinan ayahnya. Generasi demi generasi pun mereka memerintah dan menguasai tanah Mekkah. Hingga darah Ibrahim pun mengalir di dalam tubuh baginda Nabi Muhammad SAW.
Maka dari runtutan kisah tersebut bisa kita simpulkan kekerabatan Nabi dengan orang-orang mesir, Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda:
Tapi ada hal yang lebih dalam dari itu, yaitu adalah Siti Hajar Ibunda Nabi Ismail yang dimana ia berasal dari mesir. Istri kedua Nabi Ibrahim. Jika kita telaah lagi lebih dalam hal inilah yang membuat mesir memiliki posisi special di dalam hati Nabi Muhammad SAW. Tak lama setelah menikah dengan Siti Hajar, akhirnya Nabi Ibrahim yang sudah mendambakan memiliki keturunan pun Allah karuniakan melalui Siti Hajar. Kemudian Allah memerintahkan pada mereka untuk berhijrah bersama ismail kecil ke tempat terletaknya Baitullah Al Haram.
Perjalanan yang jauh pun ditempuh oleh mereka bertiga atas dasar keyakinan terhadap perintah Allah ini. Hingga sesampainya mereka disana Allah memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkan istrinya dan ismail kecil disebuah tempat tak jauh dari lokasi sumur Zamzam sekarang. Dengan berat hati Ibrahim meninggalkan beberapa bekal dari kurma dan air, lalu melangkahkan kakinya menjauh dari tenda yang telah didirikan tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada istri dan anaknya.
Tak rela ditinggalkan begitu saja tanpa alasan, siti hajar yang berdarah mesir ini bertanya kepada Nabi Ibrahim, mengapa ia meninggalkan begitu saja? Berkali-kali pertanyaan dilontarkan tanpa dijawab. Sampai akhirnya pertanyaan pamungkas pun di lemparkan “Apakah Allah yang menyuruhmu meninggalkan kami?” Ibrahim pun hanya menjawab singkat dan lugas, dengan balasan “iya”. Maka keimanan dan keteguhan hati sang ibunda pun mengantarkan pada jawaban tegas juga “Maka Allah tidak akan meninggalkan kita”.
Singkat cerita, perbekalan dan seluruh yang ditinggalkan Ibrahim untuk anak dan istrinya pun sudah mulai habis, dan mau tidak mau siti hajar harus mencari perbekalan tambahan. Kemudian ia berlari dari safa ke marwah, berusaha mencari sumber air atau setidaknya kafilah dagang yang sedang lewat. Tepat saat putaran ke tujuh inilah Allah mengkaruniakan sebuah mata air yang kita kenal sekarang dengan air Zamzam.
Dengan mata air ini siti hajar dan anaknya melanjutkan hidup mereka, hingga sebuah kabilah yang tidak sengaja lewat melihat ada banyak burung yang berterbangan dari jauh. Maka ada tanda kehidupan dibawahnya. Mereka pun mendatangi sumber air ini dan melihat bahwa ada seorang ibu dan anak yang sedang berada disini. Merekalah bani jurhum, yang kemudian meminta izin untuk singgah dan memberikan unta-unta mereka minum, juga membangun tenda dan perkemahan di sekitar air Zamzam ini.
Nabi Ismail pun tumbuh dan berkembang Bersama kabilah jurhum yang menetap Bersama mereka, Ismail belajar bahasa arab dari mereka dan menikah dengan salah satu perempuan dari mereka. Ismail tidak hanya belajar bahasa arab dari mereka, tapi juga menekuni dan menyempurnakan bahasa arab itu sendiri.
Dari istrinya inilah nabi Ismail memiliki keturunan 12 anak laki-laki, yang paling besar Bernama Nabit bin Ismail, yang kelak akan menjadi pemimpin di tanah Mekkah, melanjutkan kepemimpinan ayahnya. Generasi demi generasi pun mereka memerintah dan menguasai tanah Mekkah. Hingga darah Ibrahim pun mengalir di dalam tubuh baginda Nabi Muhammad SAW.
Maka dari runtutan kisah tersebut bisa kita simpulkan kekerabatan Nabi dengan orang-orang mesir, Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَفْتَحُونَ مِصْرَ، وَهِيَ أَرْضٌ يُسَمَّى فِيهَا الْقِيرَاطُ، فَاسْتَوْصُوا بِأَهْلِهَا خَيْرًا، فَإِنَّ لَهُمْ ذِمَّةً وَرَحِمًا
Artinya: "Kalian akan menaklukkan Mesir, dan itu adalah negeri yang disebutkan di dalamnya al-Qirath (kebaikan). Maka, berbuat baiklah kepada penduduknya, karena mereka memiliki hak perlindungan (dzimmah) dan kekerabatan (rahim)."
(HR. Muslim, no. 2543)
Sehingga hubungan kekerabatan ini menjadikan mesir sebagai salah satu negeri yang memiliki tempat khusus di dalam hati Nabi Muhammad SAW. Salah satu istri Nabi juga berasal dari bangsa Qibtiy yang berusul dari Mesir. Hadiah dari penguasa mesir kala itu, Raja Muqowqis. Ialah Mariah Al Qibtiyah. Menjadi satu-satunya istri diantara istri Nabi yang lain selain Khadijah yang mampu memberikan keturunan laki-laki, anak laki-laki Nabi inipun menjadi kesayangan, yang bahkan dinamakan dengan nama Sang Kakek yaitu Ibrahim bin Muhammad.
Hadist dan runtutan nasab mengantarkan nabi ke tanah Mesir, meskipun Nabi sendiri tidak pernah mengunjungi Mesir. Tapi tetap bahwa hadist itu mengandung Bisyarah atau kabar gembira bagi sahabat-sahabat Nabi kala itu. Bahwa Mesir suatu saat nanti akan menjadi wilayah Islam. Tak lama setelah hadist ini disebutkan oleh lisan nabi, seorang sahabat Amru Bin Ash menaklukkan Mesir dan memenuhi bisyarah nabi pada tahun 641 Masehi, bertepatan dengan 22 tahun sejak hijrahnya Nabi ke Madinah.
Tsaqafah dan Keilmuan Administrator 01 Feb 2025 12:20pm
-
Komentar : 1
-
Khairy Amin
Barakallahu fik ya sidi
-
Berikan komentar terbaik Anda
Kategori
- 4
- 6
- 5
- 1
- 5
Tulisan Terbaru
-
MHQ Lil Wafidîn 2025 : Helwa Center di Balik Suksesnya Kompetisi Hafiz Internasional
10 Mar 2025 08:40pm -
Sebuah Langkah Besar di Dalam Tramco
07 Mar 2025 07:01pm -
Milad Al Azhar: Jejak sejarah mercusuar ilmu
07 Mar 2025 06:34pm -
Ketika Napoleon Takluk oleh Ramadhan: Perjuangan Ummat Islam Mesir di Bulan Ramadhan
03 Mar 2025 02:56am -
Perang Badar dan Hikmah Ramadhan: Bulan Kemenangan di Medan Jihad
01 Mar 2025 11:45am -
Maidatur Rahman : Yang Paling di Nantikan Masisir Saat Ramadhan di Mesir
27 Feb 2025 06:22pm -
Transformasi Kepemimpinan: Menyambut Generasi Baru Helwa Center dengan Semangat Amanah
27 Feb 2025 05:41am -
Kunjungan Hangat Delegasi KKS Kairo Mesir ke Helwa Center Mesir: Sinergi Kekeluargaan untuk Penguatan Komunitas
27 Feb 2025 05:22am -
Dinamika Organisasi dan Plot Twist Tak Terduga: Refleksi Amanah di Musyawarah Besar Lijan Helwa Center
25 Feb 2025 07:48pm -
Mengapa Mesir Menjadi Magnet bagi Pelajar dari Seluruh Dunia?
25 Feb 2025 07:02pm